Saturday, November 10, 2018

MELIPAT KEPAHITAN

Ayat: Kejadian 45
Bacaan Setahun: Matius 15-17
Nas : "Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu." (Kejadian 45:5)

Seni melipat kertas dari Jepang, origami, telah kita kenal sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Origami mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan dalam melipat kertas supaya dapat menghasilkan suatu karya yang indah. Tanpa pengetahuan yang benar dan keterampilan yang memadai, kita tidak akan bisa menciptakan lipatan-lipatan kertas menjadi bentuk yang kita inginkan. Bentuk-bentuk yang unik dan indah.

Kisah Yusuf merupakan cerita sukses seorang anak manusia dalam melipat seluruh kepahitan yang terjadi dalam hidupnya. Kesuksesan hidup diraih Yusuf lantaran ia memiliki pengetahuan yang benar akan rencana Tuhan dalam hidupnya (ay. 5). Mimpi-mimpi pada masa mudanya bukanlah mimpi tanpa visi. Yusuf memandang mimpi sebagai pengetahuan yang memampukan dirinya untuk melihat masa depan keberlangsungan bangsanya.

Berbekal pengetahuan tersebut, Yusuf terampil dalam melipat seluruh pengalaman hidupnya yang tidak menyenangkan. Perlakuan buruk dari saudara-saudaranya hingga mendekam di penjara Mesir merupakan rangkaian kepahitan yang harus dilaluinya supaya dapat menyelamatkan ayah dan saudara-saudaranya dari bahaya kelaparan. Keselamatan Yakub dan keluarganya menandai keindahan rencana Tuhan melalui hidup Yusuf.

Kepahitan hidup yang berhasil diatasi oleh Yusuf laksana lipatan-lipatan ilahi yang menghasilkan satu bentuk keindahan di tangan Sang Maestro Agung. Hidup Yusuf adalah bukti yang tak terbantahkan. --EML/www.renunganharian.net

KARYA KEHIDUPAN YANG INDAH DI MATA TUHAN BEKERJA MELALUI PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KITA DALAM MELIPAT SELURUH KEPAHITAN HIDUP.

TUHAN PAKAI AKU

Ayat: Yohanes 12:20-26
Bacaan Setahun: Matius 7-9
Nas :"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yohanes 12:24)

Dalam diskusi pelayanan, tercetus sebuah pertanyaan, "Kenapa banyak hamba Tuhan dalam Alkitab yang kisah hidupnya tidak ditulis dengan lengkap?" Dari sekian banyak jawaban, ada satu yang saya rasa paling masuk akal. "Soalnya kalau ditulis semua bisa-bisa tidak ada yang mau jadi hamba Tuhan."

Ada benarnya. Proses yang dilewati para hamba Tuhan itu luar biasa berat. Dari beberapa kisah yang dicatat Alkitab, kita mendapat gambaran tentang betapa tidak mudahnya proses yang harus mereka lewati. Yusuf melewati 13 tahun sebagai budak. Musa harus hidup dalam pembuangan selama 40 tahun. Daud menjadi buronan selama 13 tahun. Daftarnya bisa terus bertambah. Masa-masa itu mungkin adalah masa tergelap bagi mereka. Masa ketika mereka seakan tidak produktif. Tidak menghasilkan karya nyata. Masa ketika tidak ada buah kehidupan. Namun, setelah melewati masa itu, kita bisa melihat bahwa hidup mereka benar-benar berubah. Mereka jadi orang yang produktif, berbuah. Hidup mereka menjadi kesaksian nyata bagi banyak orang.

Hikmahnya: setiap orang yang mau dipakai oleh Tuhan harus mau melewati proses itu. Suatu masa yang sepertinya tidak produktif. Masa ketika kita seakan tidak melakukan apa-apa. Bahkan sepertinya Tuhan juga meninggalkan kita. Namun, jika kita setia, terus bertahan sampai akhir, kita bisa melihat perbedaannya. Ya, jika kita berkata, "Tuhan pakailah aku, " apakah kita mau melewati prosesnya setelah tahu apa yang harus terjadi? --DP/www.renunganharian.net

UNTUK DIPAKAI OLEH TUHAN, KITA HARUS
BERSEDIA MELEWATI PROSES PEMBENTUKANNYA.

"MANGKUK RENUNGAN"

Bacaan: Lukas 18:18-27
NATS: Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah (Lukas 18:27)

Tak terhitung berapa kali hati saya berkata, "Aku akan memanggang roti." Lalu suatu hari saya menyadari bahwa saya tidak pernah menganggang roti selama hidup-ovenlah yang dapat melakukannya. Saya hanya mencampur bahan-bahan yang tepat dan sisanya dikerjakan oleh oven. Dengan pembagian pekerjaan seperti itu, saya senang melihat orang-orang mencicipi dan menikmati roti yang lezat.

Allah menggunakan "mangkuk pencampur" perenungan untuk menjernihkan pilihan sulit yang saya hadapi ketika memulai pendalaman Alkitab di lingkungan tempat tinggal saya. Mengajak para tetangga saya untuk belajar Alkitab bersama tidak sama dengan melihat mereka percaya dan mengikut Kristus. Saya sempat merasa tak berdaya. Namun, tiba-tiba saya melihat kejelasan. Seperti memanggang roti, menyuruh seseorang menjadi kristiani adalah hal mustahil bagi saya, tetapi tidak bagi Allah. Saya telah mencampur adonan yang tepat-rumah yang terbuka, persahabatan, kasih. Kini saya tinggal percaya kepada Roh Kudus, melalui firman-Nya, untuk melakukan tugas-Nya. Ketika saya mengerjakan bagian itu, saya memperoleh sukacita karena melihat orang-orang menikmati kebaikan Allah.

Dalam Lukas 18:18-27, Yesus dengan begitu jelas menyatakan banyaknya halangan untuk menjaga iman para pengikut-Nya yang mulai meragukan apakah mereka akan diselamatkan. Apakah Anda merasakan hal yang sama terhadap seseorang? Yakinlah atas peringatan kuat yang diberikan Tuhan bahwa ada banyak hal yang hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri. Menyelamatkan manusia adalah salah satunya -JEY

KITA MENABUR BENIH

TETAPI ALLAH-LAH YANG MENDATANGKAN TUAIAN

YANG BAIK DAN YANG BURUK

Bacaan: Nahum 1
NATS: TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan (Nahum 1:7)

Niniwe memiliki masalah dengan Allah. Masalah besar! Meskipun Nabi Yunus yang pada mulanya merasa enggan, telah bekerja dengan baik, Niniwe kembali ke jalannya yang jahat. Penduduk Niniwe menindas negeri-negeri lain, menyembah berhala, dan melakukan berbagai tindakan jahat.

Allah melihat kejahatan ini, dan melalui kata-kata yang diucapkan Nahum, Dia bersabda tentang kehancuran Niniwe di masa depan, dengan menggunakan kata-kata seperti kemurkaan dan pembalasan. Niniwe akan segera menghadapi pengadilan.

Mengapa nabi Allah memberi tahu umat Yudea tentang hal ini? Mampukah kata-kata Nahum yang menakutkan itu membantu mereka yang tinggal di Tanah Perjanjian?

Dalam Nahum 1:7,8 terdapat petunjuk untuk menjawab semua pertanyaan tersebut. Nubuatnya tentang penghancuran bagi orang yang menolak Allah, sangat bertentangan dengan janji Allah kepada "yang percaya kepada-Nya". Orang-orang saleh tidak akan menghadapi pengadilan, namun akan diselamatkan. Mereka dapat berlindung kepada-Nya.

Allah bukanlah Allah yang tidak adil. Dia menyediakan perlindungan, pertolongan, dan penghiburan bagi mereka yang percaya kepada-Nya, tetapi Dia juga mengirimkan penghakiman terhadap mereka yang tidak menaati perintah-Nya.

Pesan yang disampaikan untuk kita sama seperti pesan yang diberikan kepada Yudea. Apabila kita percaya dan taat, kita dapat menikmati penghiburan dalam perlindungan Allah-bahkan dalam masa yang sulit -JDB

SETIAP ORANG HARUS BERHADAPAN DENGAN ALLAH

SEBAGAI JURU SELAMAT ATAU SEBAGAI HAKIM

APAKAH DIA MENDENGAR?

Bacaan: Matius 26:39-42; 27:45,46
NATS: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46)

"Kadang-kadang sepertinya Allah tidak mendengarkan saya." Kata-kata ini berasal dari seorang perempuan yang berusaha tetap kuat berjalan bersama Allah, sementara ia harus mengatasi suaminya yang peminum. Kata-kata itu juga merupakan jeritan hati banyak orang beriman. Selama 18 tahun, perempuan itu meminta kepada Allah untuk mengubah suaminya. Namun, hal itu tidak pernah terjadi.

Apakah yang ada di benak kita bila kita berulang kali meminta sesuatu yang baik kepada Allah, sesuatu yang dengan mudah dapat memuliakan nama-Nya, tetapi tidak kunjung dijawab-Nya? Apakah Dia mendengarkan kita, atau tidak?

Marilah kita lihat kehidupan Penebus kita. Di Taman Getsemani, Dia berdoa berjam-jam dalam kesedihan, mencurahkan isi hati-Nya, dan memohon, "Biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku" (Matius 26:39). Akan tetapi, jawaban Bapa-Nya jelas, "Tidak." Untuk memberikan keselamatan, Allah harus mengirim Yesus untuk mati di kayu salib. Meskipun Yesus merasa bahwa Bapa meninggalkan-Nya, Dia berdoa dengan khusyuk dan dengan penuh perasaan sebab Dia percaya bahwa Allah mendengarkan.

Apabila kita berdoa, kita mungkin tidak melihat bagaimana Allah bekerja, atau kita tidak mengerti bagaimana Dia akan membawa kebaikan melalui semuanya ini. Oleh karena itu, kita harus percaya kepada-Nya. Kita mesti melepaskan hak-hak kita dan membiarkan Allah melakukan apa yang terbaik bagi kita.

Kita harus menyerahkan apa yang tidak kita ketahui kepada Dia yang tahu segala sesuatu. Dia sedang mendengarkan dan menangani masalah itu menurut cara-Nya sendiri -JDB

APABILA KITA BERLUTUT UNTUK BERDOA

ALLAH MENDEKATKAN TELINGA-NYA UNTUK MENDENGARKAN

Saturday, September 29, 2018

SALAHKAH MENJADI KAYA??

Ayat: Lukas 18:18-27
Bacaan Setahun: Maleakhi 1-4
Nas : Ketika melihat bahwa ia menjadi amat sedih, berkatalah Yesus, "Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Lukas 18:24)

Orang kadang-kadang bertanya, "Salahkah menjadi kaya? Bukankah Yesus mengatakan bahwa orang kaya sukar masuk surga?" Apabila kita tidak benar-benar memahami perkataan Yesus, kita tentu takut menjadi kaya. Yesus bukan menghendaki kita untuk tidak menjadi kaya, melainkan Dia menginginkan hati kita tidak melekat pada kekayaan.

Abraham dan Ayub merupakan contoh orang kaya yang disertai Tuhan. Hati mereka terbukti tidak terpikat pada harta kekayaan, melainkan pada Pribadi Allah. Berbeda dengan Abraham dan Ayub, orang kaya yang bertemu Yesus ini menggenggam erat kekayaannya. Terbukti, ketika Yesus memintanya untuk menjual segala miliknya, membagikannya kepada orang miskin, dan lalu datang mengikut Dia, orang itu menjadi amat sedih (ay. 22-23). Banyak sekali harta miliknya sehingga ia berat meninggalkannya. Itulah sebabnya Yesus berkata: "Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah" (ay. 24).

Yesus tidak melarang kita menjadi kaya. Dia datang ke dunia justru agar kita memperoleh hidup dalam segala kelimpahannya (Yoh. 10:10). Tetapi ingatlah, kekayaan dapat dipakai Iblis sebagai jerat untuk memikat hati manusia. Demi mendapatkan banyak uang, seseorang dapat bekerja terlalu lama sehingga mengorbankan jam-jam doa atau waktu-waktu ibadahnya. Beberapa orang bahkan meninggalkan imannya demi menjadi kaya. Menjadi kaya tidaklah salah, tetapi hati yang dikuasai oleh kekayaan jelas tidak berkenan di hadapan Allah. --LIN/www.renunganharian.net

SEBAGAI ANAK ALLAH, HENDAKLAH KITA TIDAK TERPIKAT OLEH KEKAYAAN
DUNIAWI, TETAPI BERUSAHA UNTUK MENGEJAR KEKAYAAN SURGAWI.

Friday, September 28, 2018

PENGUNGSIAN YANG DIPERLUKAN

PENGUNGSIAN YANG DIPERLUKAN

Bacaan: Mazmur 17:1-9
NATS: Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu (Mazmur 17:8)

Akibat badai Katrina yang memorak-porandakan Amerika Serikat bagian selatan, para keluarga dan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal lagi sering disebut media sebagai "pengungsi". Untuk beberapa orang, istilah ini dipandang sebagai penghinaan, sehingga para reporter buru-buru mencari kata lain yang tidak dianggap negatif. Mereka memutuskan untuk memakai kata "orang yang dievakuasi".

Sebenarnya, kata "pengungsi" mengandung suatu harapan. Sebuah kamus mendefinisikan pengungsi sebagai "orang yang lari untuk mencari perlindungan, misalnya saat terjadi perang, tekanan politik, atau pengejaran karena masalah agama". Pengungsi berasal dari kata ungsi, yang berarti keselamatan, perlindungan, dan kepedulian kepada orang yang menderita. Kata itu berarti pelabuhan yang aman di dalam dunia yang penuh badai.

Bagi orang-orang yang telah dihantam oleh badai, tragedi, dan bencana kehidupan, maka pengungsian merupakan hal yang paling mereka harapkan. Mereka dapat mencari naungan di dalam pelukan Allah, karena hanya Dia sendirilah yang dapat memberi kita perlindungan dan Dia ingin menyelimuti, melindungi, serta memelihara kita.

Yesus berkata kepada orang-orang yang putus asa pada zaman-Nya, "Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya" (Matius 23:37). Dia terus menawarkan pengungsian bagi hati yang sedih di zaman kita apabila kita mau mencari pemeliharaan-Nya dan memercayai hati-Nya -WEC

KITA TIDAK PERLU TAKUT AKAN BAYANG-BAYANG GELAP KEHIDUPAN

BILA KITA BERADA DI BAWAH NAUNGAN SAYAP ALLAH