Friday, August 17, 2018

KENALILAH "PRODUK ANDA"

Bacaan: Mazmur 33:4-15
NATS: Firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan (Mazmur 33:4)

Salah satu ciri seorang wiraniaga yang cakap adalah ia menguasai produknya secara menyeluruh. Ia mengetahui bahan-bahan pembuat produknya. Ia memahami kekuatan produknya. Ia mempelajari manfaat barang tersebut bagi konsumen. Dan ia dapat menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh konsumennya. Penjual yang tidak mengenal produknya tidak akan mendapatkan penjualan.

Dalam buku yang berjudul The Big Sell, John R. Rushmore melakukan survei terhadap para pria dan wanita yang membeli produk-produk yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat. Para pria dan wanita tersebut berpendapat bahwa lebih dari 80 persen wiraniaga yang mendatangi mereka, ternyata tidak memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang barang yang akan dijual.

Saat membaca itu, saya lalu berpikir tentang kita, orang-orang kristiani. Kita sudah dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, tetapi seberapa jauh kita menguasai "produk" kita dengan baik? Kita mewakili Kristus dalam segala hal yang kita perbuat dan kita ucapkan. Oleh karena itu, ketika berbicara mewakili Dia, kita pun harus berbicara dengan berani dan jelas. Ini berarti kita harus mengetahui apa yang dikatakan oleh Kitab Suci tentang dosa, keselamatan, dan kebutuhan manusia akan iman. Jika kita tidak menyampaikan Injil secara akurat, kesaksian kita bagi Sang Juru Selamat pun tidak akan efektif.

Pelajarilah firman Allah. Pelajarilah doktrin-doktrinnya dan praktikkan. Dengan demikian Anda akan menjadi saksi Kristus yang lebih baik --DCE

UNTUK MENJADI PENJALA MANUSIA

JADILAH PEMBURU KEBENARAN FIRMAN TUHAN TERLEBIH DAHULU

Thursday, August 16, 2018

BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB

Bacaan   : Galatia 5:1-15
Setahun : Yeremia 11-14
Nas       : Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa .... (Galatia 5:13)

Bebas dan Bertanggung Jawab

Salah satu pilar demokrasi adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Prinsip ini mempertimbangkan pemahaman bahwa kebebasan itu tidak pernah absolut. Batas dari kebebasan adalah tanggung jawab itu sendiri. Selama berpegang pada prinsip tersebut, kemerdekaan tidak akan berubah menjadi sikap semaunya sendiri.

Kebebasan selalu satu paket dengan tanggung jawab. Kekristenan pun berpegang pada prinsip tersebut. Kebebasan, dalam kekristenan, merujuk pada kemerdekaan yang sejati, karena Kristus telah memerdekakan (ay. 1). Kemerdekaan ini tidak lain merujuk pada kondisi orang percaya yang terlepas dari perangkap dosa. Ia merupakan anugerah terbesar yang tidak boleh dipandang sebelah mata.

Sebagai penerima anugerah yang begitu mulia, orang percaya punya tanggung jawab supaya tidak menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa (ay. 13). Tanggung jawab tersebut akan selalu mempertimbangkan dua hal, yaitu berguna dan membangun (1Kor. 10:23), sebagai acuan dalam mempergunakan kemerdekaan secara bijak. Hal ini menjadi penting lantaran kelak orang percaya harus mempertanggungjawabkan kebebasannya di hadapan Tuhan.

Bebas dan bertanggung jawab bagaikan dua sisi dari sekeping uang logam. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Kebebasan yang melekat pada diri orang percaya tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab untuk menjaga kekudusan dalam hidupnya. Anugerah Tuhanlah yang menjadi alasannya. --EML/www.renunganharian.net

TANGGUNG JAWAB ORANG PERCAYA DITUNJUKKAN MELALUI KEBEBASANNYA
YANG MENOLAK SECARA TEGAS UNTUK BERSENTUHAN DENGAN DOSA.

Wednesday, August 15, 2018

DAHSYAT

Bacaan: Mazmur 47
NATS: Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi (Mazmur 47:3)

Kata berikut ini sering dipakai dan kita mendengarnya dalam konteks yang sangat tidak lazim. Kata tersebut adalah dahsyat.

Suatu kali cucu saya, Josh, yang berusia 9 tahun dan saya sedang bermain mobil balap yang dikendalikan dari jauh di ruang keluarga. Beberapa kali ia berkata, "Dahsyat!"

Pada kesempatan lain, ketika saya dan istri saya sedang meninggalkan restoran, sang manajer restoran yang sedang berdiri di pintu bertanya, "Apakah semuanya memuaskan Anda?" "Ya," jawab saya. "Dahsyat!" katanya.

Kedua peristiwa ini membuat saya berpikir: Meskipun bermain dengan cucu saya dan menikmati makanan di restoran adalah hal-hal yang menyenangkan, tetapi apakah pengalaman-pengalaman ini memang benar-benar dahsyat? Jadi, saya membuka kamus Mr. Webster edisi lengkap. Definisi utama mencatat arti dahsyat sebagai "rasa hormat yang sangat dalam", "mengerikan", "hebat". Saya jadi teringat ketika sedang berdiri di tepi Grand Canyon sebelah selatan. Ini sungguh-sungguh merupakan pengalaman yang dahsyat.

Kemudian, saya memikirkan kenyataan yang jauh lebih dahsyat, yaitu mengenal Sang Pencipta dan Penopang seluruh alam semesta ini. Jadi, memang tidak mengherankan apabila pemazmur menulis kalimat seperti ini, "Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat" (Mazmur 47:3).

Lain kali apabila kita mendengar kata dahsyat, kiranya kata itu mengingatkan kita kepada Allah kita yang hebat, yang benar-benar dahsyat! --DJD

TAK ADA YANG LEBIH DAHSYAT DARIPADA MENGENAL ALLAH

DISIPLIN DIRI

Bacaan: Titus 1:1-9
NATS: Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya (Amsal 25:28)

Sebuah peribahasa lama berbunyi demikian: "Lain waktu jika Anda menginginkan kue, makanlah wortel." Peribahasa itu dapat menjadi nasihat yang baik bagi orang yang menjalani diet. Namun, orang-orang yang menyusun peribahasa ini mungkin hendak berbicara kepada kita. Dengan mendisiplinkan keinginan kita saat tidak ada prinsip moral yang sedang dipertaruhkan, sebenarnya kita sedang mempersiapkan diri jika kelak menghadapi godaan dosa.

Disiplin semacam inilah yang dimaksudkan oleh Paulus ketika ia memakai istilah penguasaan diri dalam daftar persyaratannya bagi pemimpin gereja (Titus 1:8). Kita perlu diingatkan tentang hal ini di zaman sekarang. Banyak orang mengira mereka dapat hidup secara tidak bermoral saat ini dan menghentikan ketidakbermoralan itu sekehendak hati mereka. Karena tidak memikirkan kekuatan dosa yang mampu membuat orang ketagihan, mereka mendapati bahwa hidup dengan tujuan baik itu jauh lebih sulit daripada yang diperkirakan.

Amsal 25:28 menyatakan bahwa apabila kita tidak dapat mengendalikan diri, maka kita akan menjadi tidak berdaya seperti kota yang roboh temboknya. Disiplin diri yang terus-menerus dilakukan akan dapat membangun sistem pertahanan rohani dalam melawan kekuatan jahat.

Tatkala mendisiplinkan diri untuk mengekang hasrat-hasrat kita pada umumnya, berarti kita menjalankan kebiasaan hidup yang baik dan mempraktikkan realitas perkataan Paulus dalam Roma 6:18, "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran" --HVL

UNTUK DAPAT MENGENDALIKAN DIRI

BERIKAN KENDALI KEPADA KRISTUS

NALURI

Bacaan: Mazmur 32
NATS: Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu (Mazmur 32:8)

Terbang menembus badai adalah pengalaman yang berbahaya. Ada godaan untuk terbang sesuai dengan naluri saja, atau, seperti istilah yang dipakai para penerbang: "untung-untungan". Namun, seperti perkataan setiap pilot kepada Anda, resep itu dapat mendatangkan bencana. Apabila Anda bergantung pada perasaan dan naluri, Anda akan kehilangan arah, dan berpikir bahwa pesawat mengarah ke atas padahal sebenarnya mengarah ke bawah. Untunglah, panel peralatan disetel ke arah utara dan selalu dapat dipercaya. Dengan dibimbing berbagai peralatan itu, keamanan Anda dalam badai dapat terjamin, bahkan meskipun kita merasa sepertinya alat-alat itu salah.

Kita semua menghadapi badai-badai yang dapat mengacaukan dan membingungkan. Badai-badai ini mungkin berupa masalah-masalah kesehatan, sahabat yang mengkhianati Anda, atau impian yang hancur. Itulah saatnya Anda harus sungguh berhati-hati. Jika Anda dibutakan oleh kekecewaan hidup, jangan percayai naluri Anda. Terbang untung-untungan dalam berbagai badai kehidupan dapat membawa kita kepada keputusasaan, kebingungan, dan pembalasan dendam yang justru semakin memperburuk keadaan. Allah ingin membimbing Anda, dan firman-Nya penuh dengan hikmat serta pengertian tentang kehidupan. "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mazmur 119:105). Pimpinan-Nya selalu benar!

Bukalah Alkitab Anda, dan percayailah Allah untuk membimbing Anda. Dia telah berjanji, "Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh" (Mazmur 32:8) --JMS

SEMAKIN DEKAT KITA BERJALAN DENGAN ALLAH
SEMAKIN JELAS KITA MELIHAT BIMBINGAN-NYA

SISI TERJAUH DI DUNIA

Bacaan: Kolose 3:1-4
NATS: Kewargaan kita terdapat di dalam surga (Filipi 3:20)

Patrick O’Brian (1914-2000) adalah seorang penulis terkenal novel-novel yang berbau sejarah. Pada tahun 1969 ia menerbitkan sebuah novel yang berjudul Master and Commander: The Far Side of the World. Itu adalah novel (yang kemudian menjadi film yang sukses) tentang peperangan di laut selama berlangsungnya Perang Napoleon. Salah satu pengangkat kepopuleran buku ini adalah perhatian O’Brian yang luar biasa terhadap pengetahuan tentang angkatan laut dan sejarah alam. Dan ia menuliskannya dengan wawasan yang merasuk sampai ke dalam jati diri manusia.

Dalam suatu adegan yang menggugah hati, digambarkan Kapten "Lucky Jack" Aubrey sedang mempersiapkan awak kapalnya untuk suatu pertempuran. Ia berkata, "Inggris terancam akan diserbu, dan meski saat ini kita berada di sisi terjauh dunia, kapal ini adalah kampung halaman kita. Kapal ini adalah Inggris."

Pandangan Kapten Aubrey tentang kewarganegaraan tersebut didasarkan pada kesetiaan, bukan pada suatu tempat tertentu. Pandangan ini dengan jelas menggambarkan suatu prinsip yang alkitabiah. Rasul Paulus pernah menulis surat kepada jemaat di Filipi, sebuah daerah jajahan Romawi, "Kewargaan kita terdapat di dalam surga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat" (Filipi 3:20).

Kita perlu senantiasa diingatkan bahwa walaupun kita tinggal di bumi saat ini, kita harus meletakkan kesetiaan kita di rumah abadi kita. Kita perlu selalu memikirkan "hal-hal yang di atas, bukan yang di bumi" (Kolose 3:2) --HDF

TATKALA ANDA MEMIKIRKAN TUGAS-TUGAS DI DUNIA

PIKIRKANLAH SURGA SENANTIASA

KEKRISTENAN BANYAK LARANGAN

Ayat: 1 Korintus 10:23-33
Bacaan Setahun: Yesaya 43-46
Nas : "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi tidak semua berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi tidak semua membangun. (1 Korintus 10:23)

KEKRISTENAN BANYAK LARANGAN

Saya pernah mendengar keluhan dari beberapa petobat baru, "Ada banyak larangan dalam agama Kristen. Ini tidak boleh, itu tidak boleh. Saya jadi tidak bebas menjalani hidup." Ada pula orang yang berkata bahwa sejak ia bersungguh-sungguh dalam imannya, hidupnya tak lagi bebas dan repot. "Berkata-kata kotor atau mengumpat pun tidak boleh, padahal semua orang melakukannya." Benarkah demikian?

Kecuali untuk perbuatan dosa atau kejahatan, Alkitab membolehkan kita melakukan segala sesuatu. Ukurannya adalah kemampuan untuk menilai apakah yang kita lakukan berguna, membangun, atau sebaliknya, tak berguna dan menghasilkan perilaku destruktif. Jika memang berguna dan membangun-artinya mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain, maka orang percaya tidak dilarang apabila melakukannya. Lebih lanjut Paulus menegaskan bahwa apa pun yang kita lakukan, hendaklah dipikirkan juga apakah memuliakan nama Tuhan atau justru memalukan nama-Nya (ay. 31). Kita pun perlu menimbang apakah perbuatan kita dapat berdampak pada keselamatan mereka yang masih di luar Kristus, atau justru membuat mereka "alergi" dan menolak Kristus (ay. 33).

Kekristenan adalah perjalanan iman. Pertumbuhan iman akan menentukan kepekaan kita dalam membedakan antara perbuatan yang berguna, membangun, atau merugikan diri sendiri maupun orang lain. Selain iman, pemahaman kita akan kebenaran firman pun perlu bertumbuh, sehingga kita sedapat mungkin menjauhi perkara yang tak berguna dan tak membangun. --GHJ/www.renunganharian.net

BAGI ORANG YANG MENGASIHI TUHAN, LARANGAN PUN DAPAT
DIANGGAP SEBAGAI TANDA KASIH DAN KEPEDULIAN ALLAH.

KAMPANYE PERDAMAIAN

Bacaan: Lukas 19:1-10
NATS: Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10)

Dalam buku karya Craig Nelson, The First Heroes, kita akan membaca tentang para penyerang Doolittle yang melancarkan serangan balasan besar pertamanya di garis depan Pasifik semasa Perang Dunia II. Tidak semua "penyerang" berhasil kembali dari misi pengeboman mereka. Jacob DeShazer adalah salah seorang di antara mereka yang ditangkap dan ditawan di kamp tahanan perang yang keadaannya sulit dan menyedihkan.

Di kemudian hari setelah perang usai, DeShazer kembali ke Jepang. Akan tetapi, ia tidak kembali untuk membalas dendam. Ia telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat, karena itu ia kembali ke Jepang dengan membawa kabar baik tentang Kristus. Seorang mantan prajurit yang dulu pernah mengampanyekan perang, kini mengampanyekan perdamaian.

Misi DeShazer ke Jepang mencerminkan hati Sang Juru Selamat, yang datang sendiri untuk misi kasih dan perdamaian. Lukas mengingatkan kita bahwa kedatangan Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk menjadi teladan moral atau guru yang memberi kesan mendalam. Dia datang "untuk mencari dan menyelamatkan" yang hilang (19:10). Kasih-Nya kepada kita diungkapkan di kayu salib, dan penyelamatan-Nya bagi kita diwujudnyatakan pada saat Dia muncul dari kubur dengan penuh kemenangan dalam kehidupan yang dibangkitkan.

Di dalam Kristus kita menemukan pengampunan, dan pengampunan akan mengubah hidup serta kekekalan kita. Semuanya itu terjadi karena Yesus datang untuk mengampanyekan perdamaian --WEC

KITA DAPAT MENDATANGI SESAMA KITA

KARENA YESUS LEBIH DULU MENDATANGI KITA

BUAH YANG MENGECEWAKAN

Bacaan   : Yesaya 5:1-7
Setahun : Yesaya 32-37
Nas       : Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? (Yesaya 5:4)

Buah yang Mengecewakan

Orangtua mana yang tidak menginginkan anaknya ketika dewasa menjadi orang yang berhasil, takut akan Tuhan, dan hormat pada orangtua? Untuk itulah orangtua berjuang mencukupi kebutuhan dan mendidiknya sedemikian rupa. Tetapi bagaimana perasaan orangtua jika dua puluh lima tahun kemudian ternyata anak itu menjadi anak yang memberontak dan kurang ajar? Pasti mereka akan merasa gagal dan kecewa.

Bangsa Israel adalah seperti pohon anggur yang ditanam pemiliknya yaitu Allah. Sebagai pemilik kebun anggur, Allah telah merawat bangsa Israel milik-Nya dengan melakukan banyak kebaikan. Dia membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir dan menuntun mereka sampai masuk tanah perjanjian. Tetapi di jaman Nabi Yesaya, bangsa Israel telah hidup dalam pemberontakan kepada Allah, hidup dalam kelaliman dan keonaran, dan tidak menjadi contoh yang baik bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Itulah gambaran buah anggur asam yang telah mengecewakan Allah sebagai pemilik kebun anggur sehingga Dia akan menjatuhkan penghukuman bagi mereka.

Tuhan telah memberikan anugerah, kebaikan, teguran, dan berkat selama kita hidup sampai saat ini. Semuanya itu adalah untuk kebaikan kita agar bertumbuh, dewasa, dan berbuah di dalam Tuhan. Sudahkah kita hidup dalam kebenaran dan keadilan sebagai buah yang baik, yang menjadi berkat bagi sesama dan wujud syukur kita kepada Tuhan? --ANT/www.renunganharian.net

HIDUP BENAR DAN ADIL ADALAH BUAH YANG BAIK YANG DISUKAI PEMILIKNYA DAN MENJADI BERKAT BAGI ORANG YANG MENERIMANYA.

MENANGGALKAN KEPENTINGAN SENDIRI

Filipi 4:1-9

Pengantar
Dalam suatu komunitas dimanapun juga diperlukan saling pengertian satu dengan yang lain, maka komunitas itu akan hidup, namun sebaliknya kalau mereka tidak mau saling mengerti satu dengan yang lain pasti akan jadi persoalan demi persoalan yang akhirnya pertengkaran yang hebat.

Inilah gambaran jemaat di Filipi yang saling berebut pengaruhnya kepada komunitasnya, bagaimana Paulus menyikapi hal tersebut?

Pemahaman
▪Ayat 1 :
Bagaimana Paulus memperlakukan jemaat Filipi?
▪Ayat 2-5 :
Apa yang sedang terjadi di jemaat Filipi?
▪Ay 6-7 :
Apa yang dinasihatkan Paulus kepada jemaat Filipi?
▪Ay 8-9 :
Apa yang diharapkan Paulus kepada jemaat Filipi?

Di dalam penjara, Paulus menuliskan surat ini kepada jemaat di Filipi, Paulus menganggap jemaat di Filipi itu sebagai saudara-saudaranya sendiri, saudara yang senantiasa dibanggakan di dalam hidup pelayanannya. Sehingga Paulus sangat rindu untuk berjumpa dengan mereka semua.
  
Paulus mendengar kabar dari Epafroditus tentang keadaan jemaat di Filipi, Paulus mencium adanya pertengkaran diantara Euodia dan Sintikhe yang tidak sehati dan sepikiran dalam melayani Tuhan di Filipi. Maka Paulus mengingatkan mereka berdua untuk bersehati dan sepikiran dalam melayani Tuhan. Paulus berharap bahwa mereka yang bertengkar berani menanggalkan keegoannya masing-masing dan menonjolkan kebaikan hati mereka, supaya banyak jemaat atau orang lain merasakan kebaikan mereka.
  
Paulus menghimbau mereka supaya tidak hidup dalam kekuatirannya masing-masing namun menyerahkan keinginan mereka  di dalam doa-doa mereka kepada Tuhan dengan ucapan syukur. Paulus menyakini bahwa orang yang melakukan demikian dihindarkan dari pertengkaran dengan sesama anggota jemaat dan Allah akan sanggup memberikan damai sejahtera untuk menjaga hati dan pikiran dalam Kristus.

Maka melihat rekan atau sesama jemaat sebagai saudara yang harus dikasihi sangat penting sekali bagi jemaat di Filipi. Untuk dapat mengalami hal tersebut, maka hati dan pikiran harus di dalam Kristus. Orang yang hati dan pikirannya bagi Kristus maka ia akan mengisi sesuatu yang benar, yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis, yang sedap didengar, yang baik dan yang patut dipuji dalam hidup mereka.

Paulus juga mengharapkan jemaat di Filipi mau memperhatikan apa yang sudah diajarkannya, yang dipelajari, yang didengar untuk dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh. Maka damai sejahtera dari Allah akan meliputi orang-orang yang percaya.

Refleksi
Ambil waktu untuk merenungkan, seberapa besar saudara berani menanggalkan keegoan anda masing-masing dalam komunitas yang ada?

Tekadku
Ya Tuhan, ampuni kami yang senantiasa bangga dengan keegoan kami masing-masing, ajarkan kami berani menanggalkan keegoan kami dengan Kristus.

Tindakanku
Hari ini saya bertekad untuk menanggalkan keegoaan saya dengan menolong orang lain.

DIBENARKAN OLEH IMAN

Bacaan   : Roma 5:1-11
Setahun : Yesaya 5-9
Nas       : Sebab itu, kita yang dibenarkan berdasarkan iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus. (Roma 5:1)

Dibenarkan oleh Iman

Prinsip pembenaran oleh iman adalah prinsip keselamatan di dalam Alkitab. Ini bukan pengajaran Perjanjian Baru atau Paulus semata. Prinsip ini juga berlaku pada masa Perjanjian Lama. Seseorang dibenarkan bukan karena melakukan Taurat melainkan karena percaya kepada Allah (Hab. 2:4).

Orang yang dibenarkan oleh iman tidak lagi merasa khawatir akan kehilangan keselamatan. Ketidakberdayaan karena dibelenggu dosa dan ada di bawah bayang-bayang murka Allah, oleh kasih karunia Kristus diubah menjadi kedamaian. Orang yang dibenarkan oleh iman memiliki pengharapan bahwa satu hari kelak hidupnya akan dipermuliakan oleh kemuliaan Allah. Pemahaman ini menggugah orang untuk berani menghadapi penderitaan. Melalui penderitaan, imannya itu justru semakin teguh dan teruji. Semakin imannya teruji, semakin bertambah teguh pengharapannya pada janji Tuhan.

Orang yang dibenarkan oleh iman, tidak mungkin menjadi sombong. Ia bermegah di dalam Kristus sebagai sumber damai sejahteranya.

Jadi, bagaimana mengalami damai sejahtera sejati? Stop berpikir dan berusaha mendapatkan damai sejahtera dengan berbuat baik sebanyak-banyaknya supaya mendapatkan pembenaran. Akui ketidakberdayaan kita dan minta pertolongan dan belas kasih kepada Allah di dalam Kristus. Lalu, lakukan perbuatan baik dan pelayanan sebanyak-banyaknya sebagai ucapan syukur. Juga, siaplah menghadapi penderitaan karena kita sudah menerima anugerah pembenaran oleh iman. --ENO/www.renunganharian.net

MANUSIA YANG BERDOSA TIDAK MUNGKIN
MENCAPAI KEBENARAN DENGAN BERBUAT BAIK.

BAPA TAU YANG TERBAIK

Bacaan: 2Samuel 16:5-12
NATS: Mungkin Tuhan akan memerhatikan kesengsaraanku ini dan Tuhan membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu (2Samuel 16:12)

Tidak seperti Daud dalam 2Samuel 16, kita cenderung ingin membalas dendam, membungkam pengecam kita, menuntut keadilan, dan membereskan segalanya. Akan tetapi, Daud berkata kepada mereka yang ingin membelanya, "Biarkanlah [Simei] dan biarlah ia mengutuk, sebab Tuhan yang telah berfirman kepadanya" (ayat 11).

Bagi saya, seiring dengan tahun-tahun berlalu, kita bertumbuh -- seperti halnya Daud -- dalam kesadaran akan kasih Allah yang melindungi. Kita menjadi tidak terlalu memedulikan perkataan orang lain tentang kita, dan justru semakin menyerahkan diri kepada Bapa kita. Kita belajar taat dengan penuh kerendahan hati pada kehendak Allah.

Tentunya kita dapat meminta lawan kita memberi alasan atas tuduhan mereka terhadap kita, atau kita dapat menyangkal dengan gigih jika mereka memfitnah kita. Namun, ketika kita telah bertindak semaksimal mungkin, satu-satunya hal yang tertinggal adalah menanti dengan sabar hingga Allah membenarkan kita.

Sementara itu, alangkah baiknya apabila kita menyerahkan perkataan mereka yang memfitnah kita pada kehendak Pribadi yang mengasihi kita dengan kasih yang tak terbatas. Kita perlu mengatakan bahwa segala hal yang diizinkan Allah untuk terjadi adalah demi kebaikan-Nya untuk diri kita atau orang lain -- walaupun hati kita hancur dan air mata kita bercucuran.

Apa pun yang dikatakan orang tentang Anda, Anda berada di dalam tangan Allah. Dia melihat penderitaan Anda, dan pada saatnya nanti akan membalas Anda dengan kebaikan. Percayalah kepada-Nya dan tinggallah di dalam kasih-Nya --DHR

DIPERLUKAN BADAI UNTUK MEMBUKTIKAN

TEMPAT BERNAUNG YANG SEJATI

AWAN DAN ROH

Bacaan: Keluaran 13:17-22; 14:19,20
NATS: Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan (Keluaran 13:21)

Tuhan memimpin anak-anak Israel dalam tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari (Keluaran 13:21)

Seorang ahli tafsir bernama Arthur Pink menarik persamaan yang signifikan antara awan [dalam bacaan hari ini] yang ada di tengah padang gurun dengan Roh Kudus yang ada dalam kehidupan orang kristiani.

Pink menunjukkan bahwa sama seperti awan itu menjadi anugerah yang luar biasa bagi umat Israel, maka demikian pula Roh Kudus menjadi suatu anugerah bagi anak Allah yang beriman kepada-Nya.

Yesus berkata, "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain" (Yohanes 14:16). Tiang awan tersebut diberikan untuk memimpin umat Israel. Demikian juga Roh Kudus diberikan untuk memimpin orang kristiani. Yesus berkata, "Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran" (16:13).

Bahkan sama halnya dengan awan yang tinggal bersama umat Israel di padang gurun, Yesus pun menjanjikan bahwa Bapa akan mengutus Roh, yang akan "menyertai" orang kristiani untuk selama-lamanya (14:16). Renungkan hal itu! Allah sendirilah yang tinggal di dalam hati kita. Kita yang mengenal Yesus Kristus sebagai Sang Juru Selamat dan Tuhan adalah bait Roh Kudus-Nya (1Korintus 6:19).

Apabila kita dipimpin oleh Roh Kudus, maka kehidupan kita akan bercirikan dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, penguasaan diri (Galatia 5:16, 22,23). Kita pun akan menjadi saksi Kristus yang efektif pada saat berjalan melalui "padang gurun" dunia ini --RWD

KEKUATAN YANG MENDORONG KITA

BERASAL DARI ROH YANG TINGGAL DI DALAM DIRI KITA

BENGKOK DAN LURUS

Bacaan: Ibrani 11:1-7
NATS: Karena iman, Nuh ... mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya (Ibrani 11:7)

Charles Haddon Spurgeon, seorang pengkhotbah yang ternama di kota London, menemukan sebuah prinsip yang terdapat dalam kehidupan Nuh bahwa "setiap tindakan iman menghukum dunia". "Karena iman, Nuh ... dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia menjadi ahli waris kebenaran, sesuai dengan imannya" (Ibrani 11:7).

Ketika menafsirkan ayat di atas, Spurgeon mengatakan, "Hiduplah kudus .... Saya pernah mendengar bahwa jika ada tongkat yang bengkok dan Anda ingin menunjukkan sebengkok apa tongkat tersebut, maka Anda tidak perlu menggambarkannya secara panjang lebar. Letakkanlah sebuah tongkat yang lurus di sebelah tongkat yang bengkok tersebut. Dengan demikian Anda akan langsung mendapat jawabannya. Nuh menghukum dunia dan menjadi ahli waris kebenaran karena iman."

Perjanjian Baru menyebut Nuh sebagai seorang "pemberita kebenaran" (2Petrus 2:5), meski tak satu pun "khotbah"nya ditulis dalam Alkitab. Barangkali ketaatan Nuh kepada Allah dalam membuat bahtera itulah yang menjadi kesaksian terbesarnya kepada generasi yang berpusat pada diri sendiri dan kejam saat itu. "Tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya" (Kejadian 6:22).

Betapa mudahnya kita tergoda untuk mengkritik dosa yang dilakukan orang lain. Namun, alangkah jauh lebih luar biasa bila kita memilih untuk menunjukkan keagungan dan kebenaran Allah dengan hidup bagi-Nya --DCM

KEHIDUPAN KRISTIANI MERUPAKAN ALKITAB DUNIA

PERINGATAN DUNIA

Bacaan: Amsal 13:1-14
NATS: Ajaran orang bijak adalah sumber kehidupan, sehingga orang terhindar dari jerat-jerat maut (Amsal 13:14)

Angsa-angsa sering datang ke Kolam Mill di Inggris, tempat Direktur Regional RBC, Howard Liverance, tinggal. Melihat hal itu ia menulis, "Itu adalah tempat yang indah ... yaitu tempat bebek, angsa, dan burung-burung air lainnya bermain dengan jenaka." Namun, ada bahaya di tempat yang tenang itu. Di seberang salah satu sudut kolam tersebut terdapat jaringan listrik. Sejumlah angsa telah mati karena menginjaknya saat berjalan ke kolam.

Howard berbicara kepada sejumlah orang mengenai masalah ini dan akhirnya perusahaan listrik memasang bendera-bendera merah di atas jaringan tersebut. Sekarang angsa-angsa dapat melihat adanya bahaya tersebut dan menghindarinya. Sejak dipasangnya bendera-bendera merah, tak ada satu pun angsa yang mati.

Allah pun telah menyediakan "bendera-bendera merah" untuk melindungi diri kita. Kitab Amsal adalah kitab yang berisi berbagai peringatan tentang hal-hal yang jahat dan mendorong kita untuk mencari hikmat. Di dalam Amsal 13:1-14, kita akan dapat menemukan beberapa "bendera merah". "Bendera merah" itu termasuk di antaranya:

o jangan mengabaikan didikan dan hardikan (ayat 1);

o jagalah mulutmu (ayat 3);

o berhati-hatilah dalam mengejar harta (ayat 7);

o jauhilah ketidakjujuran (ayat 11); dan

o jangan meremehkan firman Allah (ayat 13).

Firman Allah "adalah sumber kehidupan, sehingga [kita] terhindar dari jerat-jerat maut" (ayat 14) --AMC

TUJUAN PERINGATAN-PERINGATAN ALLAH

ADALAH UNTUK MELINDUNGI, BUKAN UNTUK MENGHUKUM KITA

BERTERIMA KASIH

Bacaan: Kolose 3:12-17
NATS: Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita (Kolose 3:17)

Tolong dan terima kasih adalah sebagian dari kata-kata pertama yang diajarkan kepada kita. Tak ada yang segembira orangtua atau kakek dan nenek, saat seorang anak mengucapkan kata-kata itu untuk pertama kalinya dan tahu hubungan antara meminta dengan sopan dan menerima dengan berterima kasih.

Namun saya yakin bahwa saat kita tumbuh dewasa, kita lebih terlatih untuk berkata "tolong" daripada "terima kasih", terutama kepada Bapa surgawi. Kita lebih memusatkan perhatian kepada kebutuhan yang mendesak daripada apa yang sudah kita terima; kita lebih banyak memohon daripada menaikkan pujian. Allah memang mengundang kita untuk datang kepada-Nya dengan segala kebutuhan kita, tetapi Dia juga mendorong kita untuk membiasakan diri berterima kasih.

Dalam Kolose 3:15, Paulus mengajarkan kepada setiap pengikut Yesus Kristus "hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu". Dan tiga kali ia mengingatkan kita untuk tetap bersyukur kepada Allah: "bersyukurlah" (ayat 15); bernyanyi dengan penuh syukur kepada Tuhan (ayat 16); "lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita" (ayat 17).

Dr. Michael Avery, presiden Sekolah Alkitab Allah di Cincinnati, Ohio, berkata, "Aroma harum dari jiwa yang bersyukur menghormati dan memuliakan Allah. Hal itu mengusir kemuraman dan mendatangkan kedamaian yang indah serta pengharapan yang penuh berkat. Rasa syukur mendorong kemurahan hati."

Bersyukur kepada Allah itu baik --DCM

BERSYUKUR SEHARUSNYA MERUPAKAN SIKAP

YANG TERUS MENERUS, BUKAN KADANG-KADANG

VIRUS

Bacaan: 2Korintus 10:3-6
NATS: Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2Korintus 10:5)

Pada hari-hari tertentu, komputer membuat saya terbang seperti rajawali. Akan tetapi pada hari-hari yang lain, ia membuat saya berkubang di lumpur seperti kuda nil. Pada "hari-hari rajawali" saya bersyukur atas komputer saya. Namun, ada pula "hari-hari kuda nil" yang membuat saya menyesal telah membelinya.

Baru-baru ini saya harus bergumul dengan virus yang menyerang komputer saya. Hal yang paling menjengkelkan saya adalah karena virus diciptakan dengan niat jahat. Orang-orang pintar yang memiliki sisi gelap dalam hidup mereka ingin membuat orang lain menderita. Namun lebih parah lagi, virus itu masuk ke komputer saya karena saya membuka e-mail yang saya kira tidak berbahaya.

Dosa itu mirip virus komputer. Iblis ingin menghancurkan orang-orang kristiani dengan menodai pikiran mereka. Namun, Rasul Paulus mengimbau orang-orang percaya di Korintus untuk "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2Korintus 10:5).

Sama seperti virus yang memasuki komputer kita, kita pun membiarkan kegelapan memasuki hidup apabila kita dengan ceroboh membuka diri terhadap pesan-pesan tidak baik yang menyusup ke dalam kebudayaan kita. Kewaspadaan kita lemah dan kita tidak menyadari dosa yang menodai pikiran kita.

Namun dengan mengaku dosa, membaca firman Allah, dan berdoa, kita membangun "dinding yang tahan api" atau penghalang untuk melindungi pikiran kita. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita dapat menjaga pikiran agar tamu-tamu yang tidak diinginkan tidak masuk ke dalam diri kita --HWR

JAGALAH PIKIRAN ANDA

SAMA SEPERTI ANDA MENJAGA DOMPET ANDA

MEMEPEROLEH PENGHORMATAN

Bacaan: Daniel 1:1-16
NATS: Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya (Daniel 1:8)

Ketika seorang musisi profesional dengan nama panggilan "Happy" memutuskan untuk menjadi orang kristiani, ia berhenti bermain musik di klub malam dan melayani di sebuah misi penyelamatan. Beberapa waktu kemudian, ia ditelepon oleh seorang manajer klub yang ingin mengontraknya untuk melakukan pertunjukan yang akan mendatangkan banyak uang. Namun, Happy menolak tawaran tersebut, dan berkata kepada sang manajer bahwa ia akan bermain musik di pelayanan misi. Happy berkata, "Ia mengucapkan selamat kepada saya. Itu membuat saya terkejut. Ia hendak mengontrak saya untuk bernyanyi untuknya, tetapi ia justru mengucapkan selamat karena saya telah menolak tawarannya." Manajer itu menghormati keputusan Happy.

Daniel menjadi tawanan di negeri asing, namun ia tidak melupakan prinsip keagamaannya. Ia tidak mungkin dapat dengan sepenuh hati memakan daging yang telah dipersembahkan bagi berhala dan yang tidak disembelih menurut hukum Ibrani. Ia kemudian hanya meminta makanan sederhana yaitu berupa sayuran dan air, dan pelayan itu menanggung risiko kehilangan nyawa untuk menghormati permintaannya. Saya percaya, pelayan itu melakukannya karena tingkah laku Daniel yang baik membuatnya menghormati Daniel.

Dunia sekitar kita akan memandang remeh terhadap orang-orang kristiani yang tidak menjalankan apa yang telah mereka yakini. Oleh karena itu, kita harus senantiasa setia pada keyakinan kita. Kekonsistenan karakterlah yang membuat orang lain menghormati kita—HVL

DENGAN HIDUP BAGI KRISTUS, ANDA MUNGKIN KEHILANGAN TEMAN
TETAPI BUKAN PENGHORMATAN MEREKA KEPADA ANDA

DUA KETAKUTAN BESAR

Bacaan: Mazmur 107:23-32
NATS: Dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka (Mazmur 107:30)

Mazmur 107 menceritakan tentang "orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal" (ayat 23). Sepanjang perjalanan mereka di laut, mereka melihat Allah sebagai Pribadi yang berada di balik badai yang bergelora dan Pribadi yang menenangkan badai tersebut. Di dunia kapal layar, ada dua ketakutan besar, yaitu angin ribut yang menakutkan dan tidak ada angin sama sekali.

Di dalam puisi yang berjudul The Rime of the Ancient Mariner, penyair Inggris, Samuel Taylor Coleridge (1772-1834) menggambarkan badai dan kesunyian di laut. Dua kalimat dari puisi tersebut telah sangat terkenal:

Air, air di mana-mana,

Dan tak setetes pun dapat menghapus dahaga.

Pada posisi garis lintang tertentu, angin benar-benar berhenti bertiup sehingga kapal layar tidak bergerak. Kapten dan awak kapal "terjebak" tanpa bantuan. Akhirnya, tanpa adanya angin yang bertiup, persediaan air mereka pun habis.

Kadang kala kehidupan menuntut kita untuk bertahan di dalam badai. Namun pada kesempatan yang lain, kita juga diuji di dalam kejemuan. Kita mungkin merasa terjebak. Sesuatu yang sangat kita idam-idamkan, sama sekali tidak dapat kita raih. Akan tetapi, sekalipun kita berada di dalam keadaan krisis atau berada di sebuah tempat di mana "angin" rohani telah diambil dari pelayaran kita, sangatlah penting bagi kita untuk memercayai tuntunan Allah. Tuhan, yang bertakhta atas situasi yang berubah-ubah, pada akhirnya akan menuntun kita menuju pelabuhan kesukaan kita (ayat 30) --HDF

ALLAH MENENTUKAN PERHENTIAN SEKALIGUS PERJALANAN KITA

TARIK TAMBANG

Bacaan: Filipi 2:1-4; 4:1-3
NATS: Sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan (Filipi 2:2)

Sebuah perguruan tinggi di daerah kami memiliki upacara tahunan yang menarik, yaitu tarik tambang. Dua tim berlatih dan mempersiapkan diri untuk bersama-sama menarik ujung tali mereka guna memenangkan kompetisi dan menghindari galian lumpur di tengah-tengah mereka serta berhak menyombongkan diri selama setahun ke depan. Kompetisi itu menyenangkan, namun dapat menjadi menegangkan.

Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus, kita kerap kali menghadapi tantangan dalam belajar bagaimana caranya agar dapat "menarik" bersama-sama. Kepentingan diri, agenda pribadi, dan pergumulan kekuasaan dapat menjadi penghalang bagi pelayanan yang tulus serta karya Kristus.

Begitulah kejadiannya di dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, di mana ia harus memohon kepada Euodia dan Sintikhe supaya "sehati sepikir" (4:2). Gesekan pribadi di antara mereka menciptakan batu sandungan bagi pelayanan rohani mereka, dan "tarik tambang" mereka membahayakan hidup gereja.

Paulus memohon agar mereka menarik bersama-sama dan bekerja untuk menghormati Sang Tuan. Permohonan tersebut berlaku juga bagi kita hari ini. Saat kita merasa jauh dari rekan-rekan kita sesama orang percaya, kita harus mencari kesamaan dalam Juru Selamat.

Gereja bukanlah tempat untuk "bertarik tambang". Kita harus bekerja sama bagi kemajuan kerajaan Allah. Dia dapat memakai kita melalui cara-cara yang indah jika kita mengesampingkan perbedaan pribadi kita dan menarik "tali" itu bersama-sama --WEC

SEORANG PERCAYA YANG BERSELISIH DENGAN ORANG KRISTIANI LAIN

TIDAK DAPAT BERDAMAI DENGAN BAPA